18/11/18

Love You or My Self

Ask yourself why you need someone to remind how important care your self

Assalamual'aikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Terima kasih sudah menyempatkan membaca tulisan saya.

Terakhir saya menulis pada bulan Juli, dan tidak terasa sekarang sudah bulan November. Time flying so fast~ 

Cerita sedikit, pada saat menulis artikel pada bulan Juli posisi saya masih shock dengan perubahan yang dialami. Mulai dari lingkungan maupun diri sendiri. Alhamdulillah saya sudah bisa melewati itu semua. Buktinya sekarang masih hidup hhe..

Yups, apa yang diduga belum tentu benar. Seperti itulah pikiran, hati, dan waktu. Apa yang direncanakan bisa berubah jika yang Maha Kuasa bertindak. 

Jadi mengapa saya membuat judul "Love You or My Self"?

Sebenarnya saya heran dengan kondisi yang telah saya dan teman-teman saya alami. Mengapa orang yang belum siap nikah membutuhkan seseorang-dalam artian pasangan/lawan jenis- untuk memberikan perhatian lebih? Mengapa tidak dengan teman yang sejenis atau orang tua atau keluarga?

Pertanyaan seperti itu yang sering muncul dibenak saya, dan pada akhirnya saya bisa sedikit mengerti mengapa hal itu terjadi. 
Ada dua kondisi yang menyebabkan butuh perhatian lebih dari lawan jenis :
1. Kemungkinan orang tersebut merasa tidak diperhatikan oleh orang tua dan keluarga, sehingga ia dengan mudahnya menerima perhatian lebih dari lawan jenis.
2. Kemungkinan orang tersebut ingin diperhatikan selain dari orang tua dan keluargnya.
Kedua kondisi ini sudah saya alami, dan mungkin teman-teman juga pernah mengalaminya.

Kondisi inilah yang asal muasal baper (bawa perasaan) terjadi. Baper ini sering terdengar dikalangan anak muda karena hormon mereka itu belum stabil alias masih labil. Dimulai anak remaja hingga awal dewasa. 

Berawal dari ingin diperhatikan seseorang/ada orang  yang care berujung ke baper. Terjebak deh di perasaan yang gak karuan wkwk terus ujung ujungnya sakit hati.

Yups saya sudah pernah mengalami yang namanya sakit hati oleh lawan jenis. Kalau di ingat ingat lagi lucu, mengapa saya bisa berharap pada seseorang yang jela- jelas bukan siapa-siapa. Keluarga bukan, suami juga bukan. Nah, dari sana saya ngerti 'ohh gini ya yang dimaksud berharaplah pada Allah, jangan ke manusia'.

Semua itu pembelajaran banget untuk saya, ternyata memberi perhatian itu tidak harus ke orang yg spesial. Namun ke semua orang, we should care each other and help each other. Bukan mencemooh 'kurang perhatian ya, kasiaann'. Memberi perhatian sewajarnya, kalau berlebihan ya sama aja bakalan ada istilah baper lagi.

Lalu kalau ada yg ngasih perhatian gimana?
Ucapkan terima kasih atas perhatianya *kayak penutupan presentasi aja wkwkw*.
Give thankful dan jangan berharap lebih jauh. Kalau sudah berharap lebih nanti ketika yang memberi perhatiannya hilang, akan ada kondisi patah hati lagi.

Maka dari itu penting banget mencintai diri sendiri, memahami kebutuhan diri sendiri, setelah itu akan mudah meneguhkan prinsip. Kalau masih merasa sudah paham tapi kok masih aja ada trouble.. Itu artinya harus selalu melakukan perbaikan disetiap troublenya.

Saya pribadi merasa sudah memahami kebutuhan diri sendiri, namun ternyata belum sepenuhnya memahami. Masih banyak hal yang tidak disadari, dan disinilah peran care and help each other dibutuhkan.

Jangan bosan-bosan mengingatkan dan mendo'akan sesama, walaupun tidak semuanya akan didengarkan. Satu-satunya cara mengubah sesuatu adalah dengan do'a. Hati yang keras pun akan luluh jika Allah sudah menghendaki. Begitu juga dengan jodoh #eh 

Balik lagi ke pembahasan baper..

Baper ini bisa terjadi secara sengaja atau tidak sengaja. Mengapa demikian, ada orang yang memang sengaja mendekat untuk dipacari dan akhirnya baper dengan sengaja.
Ada juga baper karena kondisi, tidak disengaja berada di satu lingkungan yang sama dg interaksi yang intens.

Kedua kondisi ini bisa berlanjut ke arah yang lebih baik, patah hati atau bahkan lebih buruk.

Maka dari itu jika belum punya prinsip yang kuat, ada kemungkinan terbawa oleh lingkungan. Syukur alhamdulillah kalau lingkungannya baik, bagaimana jika tidak? 

Banyak cerita mengenai penyimpangan seksual diluar sana, mengapa bisa terjadi? Balik ke prinsip seseorang dan lingkungannya. Namun awal mulanya pasti berawal dari baper. Karena sudah keenakan diperhatikan, nyaman, baper, pacaran, pegang-pegang dan akhirnya syetan mengganggu. Seperti ini jika tidak punya defense. Yang kena pasti wanita lagi.


So, let's start to love each other and don't forget love your self.


Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh







2 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Love you beb.. this actually note to myself. Bout how important kita mengenal diri sendiri dan buat teguh pendirian. Karna kadang lagi lagi kita kepentok sama yang namanya culture 'ga enakan' di lingkungan, jadi waktu kita ingin menyampaikan apa pendapat kita, udah ada negative thinking duluan di diri kita sendiri yang akhirnya bikin pendapat itu ga tersampaikan. Finally ya itu, banyak orang yang ga sadar akhirnya cari pendengar yang care sama mereka. Tanpa mau tau, background mereka care karena apa. Syukur kalau niatnya tulus untuk bantuin, tapi ga semua orang niatnya gitu, bisa aja emang pelarian di waktu luang. Jadi kitanya harus pinter2 jaga diri, jangan gampang baper. Pentingnya edukasi orang tua juga berperan besar, pun kalo gaada, kitanya nih yang harus sadar buat cari tau, banyakin baca. Toh jaman sekarang cari info juga mudah, bisa dari google/youtube/majalah. Terakhir, PR buat temen2 yang concern akan hal ini, atau minimal tau tentang bahayanya 'baper' ke orang yang ga seharusnya, tetep nasehatin temen2 yang belum tau ya, gimanapun respon mereka. Karna kita gabakal tau dimana titik mereka dengerin nasihat kita

    BalasHapus