15/06/18

Masa Transisi

Bila peristiwa tak ada arti
Tak ada perbaikan yang berarti


Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Selamat malam dan salam sejahtera
Bagaimana kabarnya?
Semoga sehat dan bahagia selalu.

Mengapa saya memberi judul 'Masa Transisi' ?
Karena masa ini merupakan masa perubahan yang sangat bertolak belakang dengan diri saya saat masih duduk di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Perubahan yang seperti apa? Simak ceritanya ya.

Saat SMP, saya benar-benar selektif memilih teman. Saya tidak mau dekat dengan orang yang nakal ataupun yang tidak sesuai dengan kepribadian saya. Bisa disebut juga tidak mau beranjak dari zona nyaman. Selektif dalam pergaulan itu perlu, namun dalam pertemanan itu jangan. Saya baru menyadari hal itu ketika selesai UN SMP. Mulai saat itulah saya bertekad untuk bisa berteman dengan siapa saja.

Alhamdulillah saya diterima di SMA unggulan di Garut, SMA Negeri 1 Garut. Sebenarnya saya tidak ada niatan masuk sekolah ini, karena saya sudah pesimis tidak akan masuk. Tetapi guru BK SMP memaksa saya untuk daftar ke sekolah unggulan. Akhirnya saya mendaftar dan diterima. Senang? Tentu. Siapa sih yang tidak ingin bersekolah disana. Alumninya sudah terjamin masuk PTN/PTS favorit se-Indonesia.

Disinilah saya mulai keluar dari zona nyaman, mulai bisa berteman dengan siapa saja. Pertemanan yang cukup luas dibandingkan ketika saya SMP. Tidak hanya berteman dengan satu kelas, melainkan dengan satu angkatan, adik kelas ataupun kakak kelas. Disini juga saya mulai mengikuti beberapa ektrakurikuler. Dan bertahan pada organisasi Pramuka, Ambalan Ki Hajar Dewantara-Kartini. Organisasi inilah yang mengajarkan saya tentang pertemanan, kepemimpinan, jiwa korsa, dan banyak hal lainnya yang diajarkan disini. Itu semua sangat membantu kehidupan saya menjadi lebih baik. Terima kasih banyak sahabat pramuka.

Awal masuk SMA, saya juga mulai mengenal dunia luar. Hampir setiap hari saya dan teman-teman nongkrong di cafe hingga malam atau tiap weekend pergi rekreasi ke tempat wisata di Garut. Kebiasaan ini sangat bertolak belakang dengan kehidupan saya dulu. Mungkin bagi sebagian orang kebiasaan seperti ini itu biasa aja, bagi saya kebiasaan ini tidak biasa. Dampak positif dari kebiasaan ini adalah pengalaman lebih banyak. Karena kebiasaan ini lah saya jadi tahu tempat-tempat mana saja yang baik dan tidak baik. Lalu tempat untuk rekreasi mana yang bagus. Kalau pengen tau tempat yang bagus, kenapa gak searching ke google? Apa yang dicari belum tentu sesuai dengan realita.

Sebelum saya mengunjungi cafe atau tempat rekreasi, pastinya melakukan riset terlebih dahulu. Namun ada yang realitanya sesuai dengan ekspetasi, ada yang tidak. Dan saya banyak dikecewakan oleh cafe. Tempat udah bagus, menu dan harga udah sesuai, tapi  makanannya biasa aja atau pelayanannya kurang. Kalau dikasih penilaian dari 10 cafe yang dikunjungi, hanya 4 yang benar benar bagus.

Untuk tempat rekreasi, kelas saya lebih sering berkunjung ke wisata alam. Seperti hiking, pantai, atau wisata di kaki gunung. Dampak positifnya jadi lebih mengenal kekayaan alam Garut, merasakan pahitnya tinggal di gunung 3 hari 2 malam dengan makanan seadanya, pahitnya tinggal jauh dari kota selama tinggal di pantai selama 3 hari 2 alam, dan terkurasnya uang. So far, cowo kelas yang lebih banyak terkena pahitnya. Dan aku sangat beruntung dipertemukan dengan mereka.

Akhir tahun kedua, semua mulai berubah. Emosi mulai tidak stabil, mulai membesar-besarkan ego masing-masing. Mulai mengutamakan cinta dan lebih individualis atau lebih berkubu-kubu. Mau sering rekreasi jadi tidak semudah dulu. Apalagi kumpul bareng. Intinya mulai sibuk dengan tujuan masing-masing. Shock? Ya, awalnya kaget. Namun lama-lama mulai mengerti, tiap orang punya kehidupan masing-masing. Semua itu mulai terasa ketika sudah tidak kelas, grup mulai sepi karena tidak ada topik pembicaraan. Mulai sibuk dengan persiapan UN, SNMPTN, SBMPTN, UM, dan ujian lainnya.

Saya? Disitulah mental saya diuji. Saat yang lain mempersiapkan ujian masuk perguruan tinggi, saya hanya fokus pada UN. Tidak ikut mempersiapkan berkas-berkas perguruan tinggi. Kenapa?
Kakak saya melarang untuk daftar karena saya masih labil. Saya labil karena dilarang masuk manajemen UGM. Disitulah saya mulai bingung, benar-benar stuck mau kemana. Setiap ditanya guru atau teman, 'mau lanjutin kemana?', saya bingung harus jawab apa. Alhamdullillah Allah memberi petunjuk, dan meyakinan saya.

Untuk teman-teman yang sedang menunggu hasil SBMPTN, semoga hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.

Cukup sekian cerita kali ini.
Selamat Idul Fitri 1439 H bagi yang merayakan.

Taqabbalallahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum
Minal aidzin walfaidzi
Mohon Maaf lahir dan batin

Bonus foto perubahan wajah teman teman :D


Tidak ada komentar:

Posting Komentar